Selasa, 22 September 2015

Ringkasan Materi Sejarah Kelas Xl





PROSES PENGUATAN JATI DIRI BANGSA

1.      MENUJU SUMPAH PEMUDA

A.      Gerakan pemuda

Di kalangan kaum muda terpelajar muncul pahaman baru yang lebih cenderung memilih sebagai guru, penerjemah, dokter, pengacara dan wartawan. Munculnya elit baru itu memunculkan pemahaman kebangsaan. Maka pada tanggal 30 April – 2 Mei 1926 diadakan rapat besar pemuda di Jakarta yang dinamakan Kongres Pemuda Pertama yang diketuai oleh M. Tabrani. Tujuan kongres itu adalah untuk membentuk badan sentral yang mempererat antara semua perkumpulan – perkumpulan pemuda kebangsaan.
     
Gagasan – gagasan yang dibicarakan di Kongres :
1.      Gagasan Persatuan Indonesia oleh Soemarto.
2.      Kedudukan Wanita dalam Masyaratat Indonesia oleh Bahder Djohan.
3.      Kedudukan Kaum Wanita oleh Nona Adam.
4.      Rapak Lumuh oleh Djaksoedipoero.
5.      Tugas Agama di dalam Pergerakan Nasional oleh Paul Pinontoan.
6.      Kemungkinan Perkembangan Bahasa-bahasa dan Kesusastraan Indonesia di Masa Mendatang oleh Muhammad Yamin.
Gagasan yang disampaikan oleh Yamin dalam Kongres  merupakan pengulangan dari pidatonya yang disampaika di Lustrum I Jong Sumatranen Bond. Saat itu Yamin mendapat komentar bahwa Yamin akan menjadi pelopor usaha penggunaan bahasa Melayu.

                        Keputusan dari Kongres Pemuda l adalah pengakuan dan penerimaan cita cita persatuan Indonesia. Kemudian dibentuklah organisasi baru yang bernama Jong Indonesia ( Pemuda Indonesia ) dengan tujuan untuk menanamkan cita cita persatuan Indonesia. Dan untuk menghapus penjajahan dibentuklah Perhimpunan Pelajar Pelajar di Indonesia ( PPPI ) di Jakarta, September 1926 yang tujuannya untuk memperjuangkan Indonesia merdeka. Ketua perkumpulan itu adalah Muh. Yamin. Mereka mempunyai hubungan yang dekat dan tidak formal.

            Pada 20 Februari 1927 pertemuan dilanjutkan dengan membahas tentang fusi antar organisasi pemuda, akan tetapi hasilnya belum maksimal karena munculnya persoalan daerah. Pada tahun itu pula Jong Java diambil alih oleh PPPI dan Jong Indonesia. Selama 2 tahun itulah para pemuda mengadakan pertemuan secara intesif di Indonesische Clumgebouw.
Pada Juni 1928 panitia kongres  yang di ketuai oleh Soegoendo Djojopoepito ( dari PPPI ) dibentuk dengan wakilnya Djoko Marsaid ( dari Jong Java) dan sekertaris Muh. Yamin dari Sumatranen Bond.
Pada 28 Oktober 1928 Kongres pemuda II dilaksanakan di gedung Indonesische Clubgebouw dan dihadiri oleh 1000 orang. Pada kesempatan itu Muh. Yamin menyampaikan pidatonya yang berjudul “ Dari hal Persatuan Dan Kebangsaan Indonesia”. Pada hari kedua kongres membicarakan masalah pendidikan, pembicaranya antara lain Ki Hadjar Dewantara, S. Mangkoensarkoro, Djokosarwono, Ramelan, Mr. Soenario dan Poenowoelan.
Pada akhirnya di peroleh putusan yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda yang isinya :
Pertama     : Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah satu, tanah air Indonesia.
Kedua           : Kami putra dan  putrid Indonesia mengaku berbangsa yang satu bangsa Indonesia.
Ketiga           : Kami putra dan  putrid Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Sumpah pemuda merupakan puncak pergerakan nasional. Putusan kongres itu menjiwai setiap perkumpulan pemuda di Indonesia di kemudian hari.
            Komisi Besar Indonesia Muda kemudian menyelenggarakan kongres untuk mendirikan badan fusi yang bernama Indonesia Muda di gedung Habiprojo Surakarta yang diselenggarakan tanggal 28 Desember – 2 Januari 1931. Tokoh tokoh yang menandatangani deklarasi Indonesia Muda itu adalah Kuncara Purbopranoto, Muh. Yamin, Jusupadi, Sjahrial, Assat, Suwadji Prawirohardjo, Adnan Gani, Tamzil, Sujadi, dan Pantouw.
Indonesia Muda bertujuan membangun dan mempertahankan keinsyafan antara anak bangsa yang bertanah air satu agar tercapai Indonesia Raya. Berdirinya Indonesia Muda memberikan inspirasi kepada tokoh – tokoh pemuda lain untuk mendirikan perjuangan yang lebih luas. Disamping itu Volksraad yang didirikan oleh pemerintah Belanda (1918) digunakan oleh pemusa Indonesia yang tergabung di dalamnya untuk membela kepentingan rakyat Indonesia.
            Organisasi – organisasi wanita yang telah berkembang di berbagai daerah mengadakan Kongres Perempuan Indonesia l pada 22-25 Desember 1928, I pendopo Joyodipuro, Yogyakarta yang dipimpin oleh Ny. R.A. Sukanto. Kongres ini bertujuan untuk menjalin persatuan di antara perkumpulan wanita, dan memajukan wanita. Untuk mengenangnya maka pada tangga 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu di Indonesia.
            Kemudian orrganisasi terseut berubah nama sebagai Perserikatan Perhimpunan Istri Indonesia (PPII). Dengan didirikannya Istri Sedar oleh Suwarni Pringgodigdo memperkuat perjuangan organisasi tersebut. PPII betujuan meningkatkan kesadaran wanita Indonesia untuk memperkokoh cita – cita Indonesia Merdeka.
            Selanjutnya Istri Indonesia (1932) yang didirikan atas dasar nasionalisme dan demokrasi bertujuan untuk mencapai Indonesia Raya dan kooperatif terhada perintah Belanda. 

2.      Bangkitnya Nasionalisme Modern

Pada 4 Juli , Sukarno mendirikan Partai Nasional Indonesia yang bersifat revolusioner dengan anggota saat itu 1000 orang. Sukarno juga turut serta dalam memprakarsai berdirinya Permufakatan Perhimpunan – Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia ( PPPKI ).
Sementara itu PNI terus mendapat tekanan dari Belanda. Sukarno sebagai pimpinan  PNI karena aksi-aksi yang radikal terhadap pemerintah Belanda akhirnya ditangkap dan diadili. Sebelum diadili Sukarno sempat menyampaikan piidato pembelaan yang kemudian dibukukan dengan judul “Indonesia Menggugat”. Sukarno ditahan selama 2 tahun di Penjara Sukamiskin. Selama menjalani PNI pecah menjadi 2, Partai Indonesia (Pertindo) dan Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru). Sukarno masuk dalam Partai Indonesia dan PNI baru dipimpin oleh Mohammad Hatta dan Sjahrir.
Pertindo lebih menekankan pada mobilisasi massa, sedangkan PNI Baru menekankan pada organisasi kader dan lebih menanamkan pemahaman ide nasionalisme.  Namun pada akhirnya tetap saja ketiga tokoh itu ditangkap dan diasingkan pada 1933. Organisasinya pun dibubarkan olek pemerintahan kolonial.
Sementara Sukarno dan beberapa tokoh ditahan, organisasi penentang Belanda masih terus berjalan. Kelompok yang beraliran Marxis mendirikan Gerakan Rakyat Indonesia ( Gerindo ) yang dipimpin oleh Amir Sjarifuddin dan A.K Gani, partai ini cenderung menampakan paham fasisme internasional.  Sementara itu Gabungan Politik Indonesia (GAPI) didirikan oleh Muhammad Husni Thamrin pada tahun 1939. Dalam gabungan itu Gerindo satu arah dengan Parindra yang dipimpin oleh Thamrin.

3.      Perjuangan Volksraad

Pada akhir tahun 1929, pimpinan PNI ditangkap, kemudian dibentuklah fraksi baru dalam Volksraad yang bernama Fraksi Nasional pada Januari 1930 di Jakarta dan diketuai oleh Muhammad Husni Thamrin. Fraksi ini hanya beranggotakan 10 orang yang memiliki tujuan menjamin kemerdekaan Indonesia dalam waktu yang sesingkat singkatnya.
                                  Kericuhan sempat muncul karena adanya Petisi Sutardjo pada 15 Juli 1936, dalam siding volksraad. Petisi itu menyuarakan tentang kurang giatnya pergerakan nasional.  Sutardjo juga mengusulkan untuk menentukan masa depan bangsa Indonesia yang dapat berdiri sendiri, petisi itu melahirkan pro dan kontra. Petisi itu mendapat persetujuan dari mayoritas anggota Volksraad. Namun pada 16 November 1938 petisi tersebut ditoleh oleh pihak Belanda dengan alasan Indonesia  belum siap untuk memiluk tanggung jawab memerintah diri sendiri.
a.      Partai Indonesia Raya (Parindra)
Partai ini didirikan di Solo, Desember 1935. Partai ini merupakan gabungan dari BU dan PBI yang diketuai oleh dr. Sutomo. Tujuan partai ini  untuk mencapai Indonesia Raya dan mulia yang hakekatnta mencapai masalah Indonesia.
b.      Gabungan Politik Indonesia (GAPI)
GAPI diketuai oleh Muhammad Husni Thamrin. Pembentukan GAPI didasari oleh ditolaknya Petisi Sutardjo. Untuk mencapai tujuannya GAPI menyerukan kepada rakyat Indonesia untuk didukung oleh semua lapisan masyarakat. GAPI juga membentuk Kongres Rakyat Indonesia (KRI) yang bertujuan untuk kesempurnaan Indonesia dan cita-citanya. Selanjutnya dibentuk Komite Parlemen Indonesia.

4.      Masa Berakhirnya Kolonial

Menjelang masa berakhirnya colonial, berbagai bentuk pergetakan nasional dapat dikontrol oleh pemerintah colonial. Masuknya Indonesia sebagai anggota Volksraad bukan berarti Indonesia mendapat hak penuh untuk menyuarakan pendapatnya dalam voksraad.
Selama masa 1920-an, Politik Etis mulai kehilangan prinsip-prinsip asosiasinya. Pada akhir 1920-an pergerakan yang dilakukan kaum terpelajar mengarah pada nasionalisme sebagai arahan politiknya.